Menguak Dapur Penerbit Mayor

 

Player Pertemuan ke 20 Di Grup BM.25 

Judul              : Menguak Dapur Penerbit Mayor

Resume Ke   : 20

Gelombang   : 25

Hari/tanggal : Jumat,01-07-2022

Tema              : Menguak Dapur Penerbit Mayor

Narasumber  : Mr.Edi S.Mulyanta,S.Si.M.T

Moderator      : Bunda Rosminiyati


CV Mr.Edi S.Mulyanta,S.Si.M.T

Nama    : Edi S. Mulyanta S.Si, M.T.
Jabatan :Manager Penerbitan Andi Publisher
Tempat/tanggal Lahir  : Jogjakarta/Tgl Lhr : 24 Mei 1969
Status      : Menikah
Istri          : Retna G.
Anak       : 

1. Nindita Saheka Ramadhani  

2. Raditya Rizky Duanda (alm

3Naditya Tertia Alfarizky 


Hobby     : Membaca, Menulis, Olah Raga, Musik
Fb            : https://www.facebook.com/edis.mulyanta

Weblog  : https://www.pbuandi.com   http://bukudigital.my.id       http://ebukune.my.id
 
Pendidikan

1. S1 Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1994
2. S2 Magister Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006

Riwayat Pekerjaan
1. Staff LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000
2. Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001
3.  Dosen dan Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2000-2001
4. Dosen Tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta 2001
5.Staff Net Business PT. Bayu Indra Grafika Yogyakarta 2001
6.Staff Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2002-2003
7.Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta 2004 – 2019
8.Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020- Sekarang
9. Founder Pasar Buku Digital ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 – Sekarang
10.Dosen Tamu Mata Kuliah Tipografi Dasar dan Tipografi Aplikasi, Universitas Esa Unggul Jakarta, 2021
11. Dosen Tamu Penguji Tugas Akhir Fakultas Desain dan Industri Kreatif  Universitas Esa Unggul Jakarta, 2021

Karya tulis buku 
https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao
1. How to make money in BIG DATA, 2021
2. Lebih Mahir Word 2019, Untuk Penulisan Ilmiah, 2019
3. eknik Modern Fotografi Digital 2007
4. Pengolahan Digital Image 2007
5. Menyusun Karya Tulis Ilmiah Menggunakan MS Office Word, 2006
6. Special Workshop: Teknik Airbrush Menggunakan Photoshop 2005
7. Menjadi Desainer Layout Andal dengan Adobe InDesign 2005
8. Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer 2005
9. Kupas Tuntas Ponsel Anda 2003 dll

Diposting 22nd November 2002 oleh Edi S. Mulyanta
Sebelum masuk ke materi inti, agar kita lebih mengenal sosok Narasumber hebat kita, marilah sama-sama kita simak profil beliau melalui tautan berikut.
https://www.pbuandi.com/2021/11/edi-s-mulyanta.html?view=flipcard
 

Paparan materi dari Narasumber Mr.Edi S.Mulyanta,S.Si.M.T

Kita bisa  melihat buku-buku yang terbit selama pandemi dalam bentuk digital. Beliau sudah hampir 20 tahun mengelola penerbitan buku, awalnya saya adalah penulis buku mandiri yang hidupnya full dari menulis buku. Kemudian dipercaya untuk mengelola penerbitan buku di Yogyakarta.

2 Tahun Pandemi sungguh merupakan masa terberat selama karier saya mengelola penerbitan buku. Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia.

Ditambah serta diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia. Beruntungnya sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia.

Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. 

Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan. Bapak ibu sebagai calon penulis harus memahami hal ini, karena atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi.

 Penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan. Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka  ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum.

Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas  terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka.

Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.

Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH)

Penerbit seperti kami, tidak kekurangan naskah selama pandemi, dengan angka naskah masuk yang masih stabil. Akan tetapi angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup. Sekolah dan kampus sebagai sumber pendapatan kami juga melakukan proses belajar mengajar secara daring.

Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum.Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya.

Titik balik (rebound)  pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya. Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar.

Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besa untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar.

Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar. Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka Belajar.

Bapak ibu tentunya mempunyai pengalaman tentang hal ini, bisa dicoba ditawarkan ke penerbit. Peluang untuk terbit cukup menarik dengan tema kurikulum yang baru.Penerbit-penerbit mayor mempunyai idealisme masing-masing, sehingga perlu bapak-ibu perhitungkan jika mengusulkan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut.

Toko buku saat ini sudah mulai kembali menggeliat, peluang terbit di lini toko buku memang cukup berbeda dengan lini sekolah maupun kampus. Tema buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti buku Anak, Buku Motivasi  dan Agama, Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.

Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nulainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku.Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit.

Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penulisnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.

Skema penerbitan Indi, sempat marak saat pandemi, dengan pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah naskah dapat diterbitkan.

Maraknya penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah terjadi selama saya berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya nomor ISBN di perpustakaan nasional.

Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Apakah benar begitu?

 Ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi didunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk mendapatkannya.

Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang perbukuan 2017.

Apakah manfaat ISBN tersebut? ini saya ambil dari presentasi perpustakaan nasional tentang fungsi ISBN.









Pemicu kelangkaan ISBN adalah nomor 5 tersebut, pada dasarnya bukan karena kesalahan ekosistem penerbitan

Saat ini konsep penerbitan buku oleh pemerintah dicoba untuk kembali sesuai dengan Undang-undang perbukuan 2017, dimana terbitan buku harus tersebar luas di masyarakat.

Perpustakaan nasional akhirnya memberikan kebijakan baru untuk membuat sub nomor untuk menghemat ISBN yang telah dijatah oleh ISBN Internasional.








[Ini adalah struktur utama ISBN, pada publication element menunjukkan jumlah produksi buku yang telah diterbitkan untuk mengetahu jumlah rata-rata produksi buku sebuah penerbit

Semoga dengan kebijakan ini, semangat menulis bapak-ibu masih tetap terjaga. Buku adalah sumber ilmu, yang memang harus disebarluaskan ke masyarakat untuk meningkatkan literasi di segala bidang.

 
















































































 






Buku dengan Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia.Buku ini melalui proses seleksi dari pemerintah yang cukup ketat. Semua penerbit mempunyai peluang yang sama, akan tetapi penerbit yang misi dan visinya di buku pelajaran biasanya yang lebih siap.

Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek pemerintah.

 Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional. Penerbit mayor mempunya saluran pemasaran yang cukup banyak, atau disebut omni channel marketing sehingga selama pandemi bisa berkelit di saat yang sulit.

Nah bapak ibu sebagai calon penulis dapat mencoba menawarkan semua tipe tulisan supaya peluang terbitnya menjadi lebih besar. Saat ini pasar buku sudah mulai bangkit lagi, akan tetapi produksi buku sudah terlanjur melambat. Sehingga bulan-bulan ke depan, jumlah judul buku yang beredar di Indonesia akan mengalami penurunan akibat 2,5 tahun pandemi.

Ini kesempatan bagi bapak ibu untuk tetap semangat menulis karena pasar buku masih cukup menarik mengingat buku fisik masih menjadi andalan utama penerbit dalam mencari peruntungannya seperti :

1.    Syarat utama adalah otentik, mengikuti kaidah buku ajar (untuk buku pelajaran), mengikuti trend ( dapat ditelusur google trend https://trends.google.com/trends/?geo=ID)

Kekurangan penerbit mayor adalah jumlah judul, jumlah produksinya yang besar, serta saluran pemasaran yang beragam sehingga proses cukup lama dan rumit.

Naskah harus berani diusulkan ke penerbit, gandeng penulis-penulis senior yang ada di group ini. Sudah 25 angkatan, sehingga tidak ada salahnya bapak ibu bersilaturahmi dengan teman-teman angkatan sebelumnya.

Tulislah buku berbarengan dengan tema yang menarik, seperti kurikulum baru, merdeka belajar, pelajar Pancasila, Pengembangan Soft Skill untuk anak didik kita. Buku-buku pengayaan dan hard skill juga masih berpeluang untuk di ulik. Buku yang trend nya tidak surut adalah buku Fiksi (novel) dan buku anaik.

Target terbitan penerbit ANDI adalah 500 judul per tahunnya

Buku tema Anak sangat menarik untuk diterbitkan, sayang pembuatannya rumit dan membutuhkan kemampuan illustrasi yang banyak.

Berani menulis Fiksi dengan muatan lokal, sayang tidak semua penulis piawai merangkai kata-kata fiktif dalam sebuah cerita.Buku Pelajaran baik Utama maupun Pendaping, kelemahannya penulis pesaing sudah banyak sehingga kans terbit sangat ketat persaingannya seperti :

1. Penerbit mengalihkan jualannya ke jualan online, sehingga banyak market place yang kami gunakan untuk menyalurkan produksi buku yang sudah tercetak. Saluran pemerintah masih cukup kuat untuk menopang cash flow penerbit. Tentunya penerbit yang mempunyai modal judul buku yang banyak, lebih mudah bertahan. Kami mempunyai sekitar 50rb judul terbit sehingga lebih leluasa memilih atau meramu judul buku untuk proyek pemerintah.

2. Pemasaran buku digital sangat berbeda dengan buku fisik. Contohnya di www.pbuandi.com

ini adalah model katalog sederhana pemasaran buku digital. Sayang masih banyak pembaca yang belum familiar dengan transaksi buku digital.

 Kesimpulan

Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.

Demikianlah paparan materi dari Narasumber Mr.Mr.Edi S.Mulyanta,S.Si.M.T . Semoga bermanfaat untuk mengunjung blog emak. Salam sehat dan sukses...


#BM.Gel.25

#Semangat untuk berkarya

#PGRI Semakin Luar Biasa 



 

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan Untuk Indonesia

CIPTAKAN PELUANG MELALUI LITERASI DIGITAL

Ucapan HUT Guru yang ke 76 sangat terharu